Oleh: ikwanti | 26 Oktober 2011

Ikhtiar menanti buah hati

Catatan kecil ini adalah perjalanan sepasang suami istri dalam berusaha menghadirkan buah hati dalam kehidupan rumah tangga mereka, semoga dapat menyemangati dan menginspirasi pasangan suami istri yang sedang merindukan buah hati yang telah lama dinanti.

Sahabat, waktu setahun adalah waktu yg singkat untuk berbagi suka duka bersama pasangan. Namun waktu setahun terasa sangat lama sekali untuk menantikan kehadiran buah hati dalam pernikahan kami apalagi ditengah tekanan lingkungan yang menguras air mata. Begitu inginnya kami mendengar tawa dan tangisnya dalam kehidupan rumah tangga kami. Namun Allah belum berkehendak menghadirkannya meski usia pernikahan kami sudah setahun. Jangankan setahun, baru 6 bulan saja kami sudah “resah”, mengapa ia blm hadir? Karena begitu pengennya ia segera hadir, akhirnya kami mendatangi seorang kawan yang bergelar SpOg.

Pertama yang ditanyakan olehnya adalah berapa usia pernikahan kami. Ku jawab, 6 bulan. Katanya, “masih 6 bln saja gpp, sabar dl mbak ditunggu. kl sudah setahun baru qt periksa ada masalah atau tidak, ….” Intinya adalah usia pernikahan kami masih sangat muda, beliau menyarankan kl untuk pemeriksaan, pada umumnya dokter spesialis kandungan menyarankan memulainya setelah usia pernikahan 1 tahun. Dan yang diperiksa duluan adalah pihak suami. Karena pemeriksaan pihak istri cukup panjang dan menyakitkan. So harus dipastikan dulu kl suami baik2 saja. Kl suami oke, baru istri yg dicek. Untuk tahap awal sebelum lanjut ke proses yang lainnya dan sambil menunggu satu tahun, beliau hanya mengecek kondisi rahimku saja melalui USG biasa. Beliau bilang insyaAllah baik2 saja. Tapi nanti kalau sudah setahun blm ada tanda2 hamil, suami diminta periksa.

Sahabat, tahukah engkau bahwa kami tak sabar menunggu hingga 1 tahun. Kami ingin memastikan bahwa kami bermasalah atau tidak. Akhirnya 9 bulan pasca pernikahan kami kembali mendatangi dokter SpOg di sebuah rumah sakit. sampai di ruang kerja sang dokter menanyakan hal yang sama dan berkata hal yang sama seperti kawan diatas. Kembali menanyakan usia pernikahan kami dan melakukan USG kondisi rahim. Cuma bedanya beliau memberikan semacam vitamin buat menguatkan rahim dan membantu menambah cadangan asam folat yang diperlukan janin sejak awal kehamilan, yaitu folavit (maap nyebut merk). Dokter tersebut memberikan folavit hingga 1 bulan, namun hanya saya konsumsi beberapa hari saja karena kurang sreg dengan penjelasan dokter tersebut. Akhirnya 3 bulan berlalu…genaplah sudah 1 tahun, si kecil belum jua ada tanda2 akan hadir. Lalu tanpa meminta rekomendasi dari dokter kami mendatangi sebuah laboratorium pemeriksaan untuk cek kondisi suami. Kemudian hasil laboratorium kami bawa ke kawan kami yang bergelar SpOg. Kawan kami memberikan bbrp resep (cukup mahal) untuk dikonsumsi selama 3 bulan. Jika dalam 3 bulan blm hamil jua baru dilakukan pemeriksaan lagi.

Sahabat, kembali kami tak sanggup menunggu 3 bulan lagi. Akhirnya kami beralih mendatangi seorang dokter obgyn lain yang sudah profesor. Kami datang dari jam 5 ternyata jam 22 lebih kami baru dipanggil (saking banyaknya pasien dokter tersebut, kesana pun harus bikin janji dlu). Disana karena sebelumnya suami sudah pernah tes, maka hasil tes kami berikan kpd beliau, dan beliau menyarankan untuk tetap melanjutkan konsumsi resep dari dokter sebelumnya. Setelah itu beliau memulai tahapan pemeriksaan pihak istri. Tahukah engkau sahabat bagaimana pemeriksaan tersebut?? Sesampai dirumah tangisku meledak dan ketakutan…takut dosa, dll. Tak kusangka ternyata pemeriksaannya sengeri itu. sampai disini, katanya sy baik2 saja, tunggu sampai bulan depan, jika masih menemui haid diminta kembali lagi ke dokter tersebut pada tanggal masa subur untuk dilihat bagaimana kondisi sel telur. Selain itu beliau juga memberikan folavit, sama seperti yg diberikan oleh dokter di rumah sakit yg dulu.

Ternyata sampai bulan depan, si merah kembali datang. Dengan berat hati, ku sabarkan diri untuk kembali ke klinik dokter tersebut untuk melihat kondisi sel ovum. Beliau bilang baik2nya saja dan memberikan beberapa wejangan tapi tidak sy share disini, (jka sahabat ingin tahu wejangan tsb dan bgmn proses pemeriksaan yg sy bilang ngeri tadi, hub sy via YM ). Dan jika masih haid lagi pada bulan depan, sy diminta telepon klinik tersebut untuk membuat janji pemeriksaan tahap selanjutnya.

Bulan pun telah berganti dan si merah masih juga bertamu. Akhirnya sy telepon klinik tersebut. Sang perawat meminta sy datang pada tanggal dan jam yang telah ditentukan untuk dilakukan pemeriksaan yang namanya “tiup”. Sebagai orang awam masalah dunia kedokteran, maka saya pun menanyakan apakah “tiup” itu dan mengapa saya harus di”tiup”. Jawab sang perawat, “katanya pengen cepat hamil…pokoknya datang saja, lebih awal dan harus ontime karena harus disiapkan sebelum dokter datang dan cukup lama.” Ah pikirku, jawabannya yang kurang mengenakkan, langsung maen tindakan saja tanpa penjelasan. Akhirnya saya tanya ke mbah google apakah tiup itu, untuk apa dan mengapa dan seterusnya pukuk all about “tiup”. Membaca penjelasan mbah google saya menjadi ketakutan, takut sakit, takut ada efek samping, takut dll. Dengan mantab saya akhirnya putuskan untuk tidak datang. Kembali menunggu hasil dari suami dulu, kalau setelah 3 bln masih belum jua positif dan setelah tes lab lagi ternyata suami oke2 saja, saya baru mau melanjutkan pemeriksaan tadi.

Sembari menunggu hasil suami, kami berkeyakinan “all is well” dan cami (panggilanku yg artinya calon ummi ^_^) is oke dan pasti akan segera hamil sebentar lagi. Demikian tiap hari suami saya terus menyemangati saya dan selalu bilang bahwa saya bentar lagi akan hamil. Ingat pernyataan bahwa “Allah bersama prasangka hamba-Nya”. Saya pun meyakinkan diri bahwa sebentar lagi buah hati akan hadir. Pada bulan ketiga ikhtiar suami ini ternyata bulan Ramadhan, bulan yang setiap doa pasti diijabah. Dua kali ini sya menemui Ramadhan sejak menikah. Mumpung bulan Ramadhan saya manfaatkan benar-benar momen ini dengan berkeyakinan penuh insyaAllah Allah pasti akan segera menjawab penantian kami. Mulai dari doa yang mendalam, ibadah2 sunah seperti sholat dhuha, shalat tahajud dan shalat rawatib hampir tak pernah kutinggalkan. Sedekah pun saya maksimalkan dibulan ini. Seluruh modal dan hasil dagangan saya 100% tanpa sisa semua saya infaqkan untuk anak-anak yatim dan saudara-saudara di Palestina (bukan pamer hanya menjelaskan tentang ikhtiar kami). Tak lupa juga sy panjatkan doa2 untuk sodara2 yg lain yg belum juga dikarunia momongan dlm pernikahannya.

Bulan Ramadhan pun berlalu, lebaran pun telah usai, saatnya kembali beraktifitas seperti biasa. Kembali ke kantor, menempuh jarak yang cukup jauh: 23km. Sehari, dua hari saya masih sanggup motoran PP (1 jam perjalanan tiap harinya). Terhitung mulai Selasa, tgl 21 September 2010 Ntah mengapa perjalanan ini menjadi berat dan sangat melelahkan, tidak seperti biasanya. Sekujur tubuh rasanya pegel-pegel, sakit semua, perut dikit-dikit juga terasa nyeri, ndak enak pokoknya.

Hari berganti hari, waktu sepekan pun berlalu, rasa tak enak itu tak jua pergi. Sampai awal Oktober pun, badan ini rasanya malah semakin sakit semua. Sudah ada feeling “mau isi” namun tidak berani terlalu optimis, tapi sangat amat berharap. Tiga hari berlalu dari jadwal seharusnya, ternyata ‘si merah’ itu tak jua datang, maka pada hari ke-4 ku putuskan untuk menggunakan tes pack yg telah lama kusimpan dalam dompetku. Senin, 4 Oktober 2010 dini hari jam 1.00 ku sudah bangun. Ku coba tes pack yang telah luuuuuaama ku beli. Dan hasilnya…….SATU GARIS MERAH, ya secara kasat mata yang terlihat cuma 1 garis merah. Namun jika dilihat dengan lebih teliti, akan terlihat 1 garis lagi berwarna pink yang tak begitu jelas. Ku masih belum bisa berekspresi, namun ku yakin insyaAllah ku benar2 positif. Trus ku bobok lagi deh . Jam 3.30 bagun lagi buat saur…kalau pun dah ada “isi” nya, biarlah si dedek ku ajak berlatih shaum sekalian.

Rabu, 6 Oktober 2010 jam 11.00, nyeri perutku yg biasanya cuma sebentar trus hilang trus muncul lagi kali ini tak seperti itu. Mulai kemarin ku memang agak susah “pup”. Sampai siang ini ku dah 3 kali ke kamar mandi untuk “pip”. Pasca itu ntah kenapa nyeri perutku tak hilang hilang. Muncul terus menerus sampai menjelang dhuhur. Kamis, 7 Oktober 2010 jam 3.10 ku coba lagi tes pack seharga Rp. 2.200,- itu. Garis pink yg kemarin itu alhamdulillah kini nampak lebih jelas…Subhanallah wal hamdulillah akhirnya Engkau jawab ikhtiar kami dan Engkau kabulkan doa kami setelah 1 th 3 bln menanti karuniamu ini ya Robb..tak terasa meleleh air mata kami…

Robbana hablana milladunka dzurryiyatan thaiyibah…..aamiin

baca juga artikel terkait:

Ketika Buah Hati Tak Kunjung Hadir

Ketika Buah Hati Tak Kunjung Hadir 2


Tanggapan

  1. serahkan saja smuanya pada Sang Pencipta…semoga diberi kelancaran…salam

  2. ada nasehat bijak seorang senpai di kampus waktu sy tanya brapa lama pernikahan bliau hingga punya anak, bliau menjawab 1 tahun, dan bliau bilang, alhamdulillah brarti diminta pacaran lebih lama bro..

  3. sma2 merasakan penantian buah hati juga..baru 1 tahun jg ana bisa mendapatkannya…semoga meninspirasi tman2 pembaca utk lebih bersabar dan tawakkal kpd Rabb yang maha pemberi karunia…

  4. ikut merasakan perasaan yang sama mbak.. kalo saya, usia pernikahan 5 tahun baru si kecil nongol. alhamdulillah dikasih waktu pacaran halal yang lama hehe. soalnya kita gak pake pacaran2, langsung memutuskan nikah :Mrgreen:

    • yup…hidup Mrgreen…^_^

  5. saya baru sebulan menikah mbak, tapi udah kepengen banget punya jundi, tadi coba testpack tapi hasilnya negatif. yah mgkn ada ibrohnya, biar bisa pacaran lama2, soalnya ta’arrufan hanya sebulan langsung khitbah. hehehhehe

  6. Lha wong doa kan dalam hati Mana ada yang tau kalo gak dikasih bocoran ” Mbak Audry minta dikasih kado istimewa sama Allah .

  7. semoga kelak menjadi anak yg cerdas dan soleh mbak

  8. dan kami pun sedang menunggu,,,, keep trying,, and praying,, IKHTIAR = Allah dulu, Allah lagi, Allah terus,,,,,

    • Tetap semangat sist..
      dan tetap berdoa kepada Alloh..
      semakin qt tawakal dan bersabar, insya Allah semakin cepat Alloh akan segera mengamanatkan sang buah hati kepada kita…
      🙂

  9. sedih n seneng dengernya….
    subhanallah..:)

  10. tiada kata yang terucap selain “Subhanallah Walhamduliilah Walailahaillallah Allahu Akbar”

  11. Subkhanalloh.. kisah ne seperti kisah yang aku alami..
    aq sdh menikah 1 tahun lbih 3 bulan, bulan ramadhan thun 2011 kemarin sekuat tenaga aq ikhtiyar batin meningkatkan ibadah2 dn doa kepada Allah.. sempat putus asa, tpi hruz tetap optimis. dan segala puji bagi Allah.. kini aku telah hamil 8 bulan, terhitung mulai bulan ramadhan kmrin..
    skrg tinggal menunggu kehadiran buah hati yang sangat benar2 kami harapkan…
    terima kasih ya Alloh..
    dengan kesabaran, Engkau menyimpan banyak hikmah yang luar biasa…

  12. so inspiring ukh…skrg aku juga menunggu buah hati..hampir 2 bulan menikah dan dua kali ketemu si merah masih belum juga..Mg segera dianugrahi…

  13. I like this

  14. Subhanallah,,,,bahagia bgd ya mba,,,,semoga Allah juga memberkahi saya titipan yg sangat berharga,,,,,makasie ya mba buat sharenya bikin hati n pikiran saya terbuka,,,,harus sabar,,,,n ikhlas,,,krn semua pasti indah pada waktunya,,,,,amien Ya Rabb’allamin,,,,,,

  15. subhanallah… senengnya mba…. saya juga lagi nunggu nih…. semoga saya juga segera diamanahi buah hati ya… mohon dibantu doa juga…

  16. Subhanallah..
    Sy jg sdng menanti,hmpir ptus asa,smpai” b’pkir negatif ttg kondsi rahim sy.. Smga sgera d’ijabah doa” kmi


Tinggalkan Balasan ke Abu Adwa Batalkan balasan

Kategori